Beliau
ditanya: setelah masa iddah-ku selesai disebabkan karena suamiku
meninggal, ada beberapa orang yang datang melamarku, dan aku enggan
menikah agar aku menjadi istri bagi suami pertamaku yang telah
meninggal, yang ketika aku bersamanya kami memiliki 3 orang anak.
Alasanku dalam hal ini adalah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi
wasallam:
«المَرْأَةُ لآخِرِ أَزْوَاجِهَا»
"seorang wanita itu bersama suami terakhirnya."
«المَرْأَةُ لآخِرِ أَزْوَاجِهَا»
"seorang wanita itu bersama suami terakhirnya."
Dan telah dipraktekkan pula oleh Ummu Darda' radhiallahu anha, apakah aku berdosa jika aku menolak untuk menerima pinangan orang yang telah diridhai agama dan akhlaknya?
Beliau -hafizhahullah- menjawab:
الحمدُ
لله ربِّ العالمين، والصلاةُ والسلامُ على مَنْ أرسله اللهُ رحمةً
للعالمين، وعلى آله وصَحْبِهِ وإخوانِه إلى يوم الدِّين، أمّا بعد:
Seorang
wanita jika berada dibawah bimbingan seorang suami yang saleh lalu
suaminya meninggal, dan si istri terus berstatus sebagai janda
setelahnya dan tidak menikah, Allah akan mengumpulkan keduanya di dalam
surga, dan jika dia memiliki beberapa suami di dunia, maka dia di dalam
surga bersama suami terakhirnya jika mereka sama dalam akhlak dan
kesalehannya, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa aalihi
wasallam :
«المَرْأَةُ لآخِرِ أَزْوَاجِهَا»
"seorang wanita bersama suami terakhirnya."
(Dikeluarkan
Ath-Thabarani dalam "al-mu'jam al-ausath" (3/275),dari hadits Abu
Darda' radhiallahu anhu. Hadits ini dishahihkan Al-Albani dalam silsilah
Ash-shahihah (3/275)
Seorang wanita jika mengkhawatirkan atas
dirinya fitnah atau dia tidak punya kemampuan untuk sendirian dalam
mengurusi dirinya dan keperluan anak-anaknya baik dari sisi nafkahnya,
dan juga pendidikannya, maka jika ada seorang lelaki yang datang
melamarnya yang telah diridhai agama serta akhlaknya, dan lelaki ini
punya kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya serta nafkah untuk
anak-anaknya, maka tidak sepantasnya wanita tersebut menolaknya,
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam :
إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ
"jika ada orang yang datang kepadamu lelaki yang telah engkau senangi agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia."
(HR.Tirmidzi,kitab
annikah,bab: ma jaa' idza jaa'akum man tardhaunadiinahu fazawwijuuhu
(1108),Baihaqi, kitab an-nikah,bab: at-targhib fit tazwiij min dzid diin
wal khluluq al-mardhi (13863), dari hadits Abu Hatim Al-Muzani
radhiallahu anhu, dihasankan Al-Albani dalam al-irwaa' (6/266).)
Dan juga mengamalkan kaedah yang berbunyi:
«دَرْءُ المَفَاسِدِ أَوْلَى مِنْ جَلْبِ المَصَالِحِ»
"menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mendatangkan maslahat."
Jika
suami pertama itu setara dengan suami pertamanya yang telah meninggal
dalam hal akhlak dan kesalehannya,maka dia (wanita tersebut) bersama
yang paling terakhir dari keduanya, namun jika tidak setara maka dia
memilih yang paling baik kesalehan dan akhlaknya. Telah datang riwayat
yang semakna dengan ini yang kedudukannya lemah dan mungkar dari hadits
Ummu Salamah radhiallahu anha, dimana Dia bertanya kepada Nabi
Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam tentang seorang wanita yang
menikah dengan dua lelaki, tiga dan empat, lalu wanita tersebut
meninggal, dan mereka (para suaminya) masuk surga bersamanya, siapakah
yang menjadi suaminya? Jawab Rasul Shallallahu alaihi wa aalihi
wasallam:
«يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهَا تُخَيَّرُ فَتَخْتَارُ أَحْسَنَهُمْ خُلُقًا»
"wahai Ummu Salamah,dia akan diberi pilihan sehingga dia memilih yang paling baik diantara mereka."
(dikeluarkan
Thabarani dalam almu'jam al-kabir (23/367),dan dalam al-ausath (3/279),
dari hadits Ummu Salamah radhiallahu anha. Berkata Al-Haitsami dalam
"majma' az-zawaaid" (7/255):"diriwayatkan Thabarani dan padanya terdapat
seseorang bernama Sulaiman bin Abi Karimah,Dia dilemahkan oleh Abu
Hatim dan Ibnu Adi." Juga dilemahkan Al-Albani dalam "dha'if at-targhib
wat tarhib" (2/254) . Demikian pula dari hadits Ummu Habibah radhiallahu
anha dikeluarkan At-Thabarani dalam "al-kabir" (23/222), Abd bin Humaid
dalam musnadnya (1/365). Berkata Al-Haitsami dalam majma' az-zawaaid
(8/52) : "diriwayatkan Ath-Thabarani dan Al-Bazzar secara ringkas,
padanya terdapat Ubaid bin Ishaq dan dia seorang yang matruk (ditinggal
haditsnya), sedangkan Abu Hatim meridhainya, dan dia perawi paling buruk
keadaannya."
Hanya saja,mungkin dijadikan sebagai dalil dari keumuman firman Allah Azza wajalla:
﴿فِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الأَنفُسُ﴾
"di dalamnya (surga) apa saja yang disenangi oleh jiwa."
(QS.Az-Zukhruf: 71)
Maka
dia diberi pilihan sehingga diapun memilih yang dia sukai akhlak dan
kesalehannya, sebagaimana faedah yang juga dipetik dari firman-Nya:
﴿هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلاَلٍ﴾
"mereka bersama dengan istri-istri mereka dibawah naungan (surga)."
(QS.Yasin: 56)
Dimana
seorang wanita bersama dengan yang paling mendekatinya dalam hal
agama,akhlak, watak, disebabkan pernikahan yang melahirkan perasaan
cinta dan kasih sayang,saling akrab dan saling mencintai, berdasarkan
firman Allah Azza wajalla:
﴿وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم
مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم
مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ﴾
"Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir."
(QS.Ruum:21)
Demikian pula
seorang wanita yang masih hidup sendiri dan meninggal dalam keadaan
belum sempat menikah, maka dia diberi pilihan sehingga dia memilih siapa
yang dia sukai yang lebih mirip dengannya dalam hal tabiat dan akhlak,
lalu Allah Azza wajalla mewujudkan apa yang menjadi permintaannya,
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam:
«مَا فِي الجَنَّةَ أَعْزَبُ»
"tidak ada bujangan di dalam surga."
(dikeluarkan
Imam Muslim dalam shahihnya,kitab: al-jannah wa na'imuha, bab: awwalu
zumratin tadkhulul jannah… : 4147, dan Ahmad dalam musnadnya (7112) dari
hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu)
Dan ilmu ada disisi Allah, dan akhir ucapan kami alhamdulillahi rabbil 'alamin
Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan saudara-saudaranya hingga hari kiamat.